Selasa, 28 April 2015

Epistemologi Pengetahuan

Epistemologi Pengetahuan


Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (theory of knowledges). Istilah epistemologi dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere untuk membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum).


Filsafat pengetahuan (Epistemologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan. Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-, batas, sifat-sifat dan kesahihan pengetahuan. Objek material epistemologi adalah pengetahuan dan Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan.

Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum(obyek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran, mengenai hal yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak

Aliran-aliran dalam Epistimologi
Berikut adalah aliran-aliran dalam epistemologis, yaitu:
a. Rasionalisme Aliran ini berpendapat semua pengetahuan bersumber dari akal pikiran atau ratio. Tokohnya antara lain: Rene Descrates (1596 – 1650), yang membedakan adanya tiga idea, yaitu: innate ideas (idea bawaan), yaitu sejak manusia lahir,adventitinous ideas, yaitu idea yang berasal dari luar manusia, dan faktitinousideas, yaitu idea yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh lain yaitu: Spinoza(1632-1677), Leibniz (1666-1716).

b. Empirisme Aliran ini berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman indera. Indera memperoleh pengalaman (kesan-kesan) dari alamempiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut terkumpul dalam diri manusia menjadipengalaman. Tokohnya antara lain: John Locke (1632-1704), berpendapat bahwa pengalaman dapat dibedakanmenjadi dua macam yaitu: (a) pengalaman luar (sensation), yaitu pengalaman yang diperoleh dari luar, dan (b) pengalaman dalam, batin(reflexion). Kedua pengalaman tersebut merupakan idea yang sederhana yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk idea yang lebihkompleks. David Hume (1711-1776), yang meneruskan tradisi empirisme. Humeberpendapat bahw ide yang sederhana adalah salinan (copy) dari sensasi-sensasi sederhana atau ide –ide yang kompleks dibentuk dari kombinasi ide-ide sederhana atau kesan–kesan yang kompleks. Aliran ini kemudian berkembang dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada abad 19 dan 20.

c. Realisme Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa obyek-obyek yang kita serap lewat indera adalah nyata dalam diri obyek tersebut. Obyek-obyektersebut tidak tergantung pada subjek yang mengetahui atau dengan kata lain tidak tergantung pada pikiran subjek. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, tetapi interaksi tersebut mempengaruhi sifat dasar dunia tersebut. Dunia telah ada sebelum pikiran menyadari serta akan tetap ada setelah pikiran berhenti menyadari. Tokoh aliran ini antara lain: Aristoteles (384-322 SM), menurut Aristoteles, realitas berada dalam benda-benda kongkrit atau dalam proses-proses perkembangannya. Dunia yang nyata adalah dunia yang kita cerap. Bentuk (form) atau idea atau prinsip keteraturan dan materi tidak dapat dipisahkan. Kemudian aliran ini terus berkembang menjadi aliran realisme baru dengan tokoh George Edward Moore, Bertrand Russell, sebagai reaksi terhadap aliran idealisme, subjektivisme dan absolutisme. Menurut realisme baru : eksistensi obyek tidak tergantung pada diketahuinya obyek tersebut.

d. Kritisisme Kritisisme menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri (yang meliputi indera dan pengalaman). Kemudian akal akan menempatkan, mengatur, dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akal merupakan pembentukannya. Tokoh aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Kant mensintesakan antara rasionalisme dan empirisme.

e. Positivisme Tokoh aliran ini diantaranya adalah August Comte, yang memiliki pandangan sejarah perkembangan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu: · Tahap Theologis, yaitu manusia masih percaya pengetahuan ataupengenalan yang mutlak. Manusia pada tahap ini masih dikuasai oleh tahyul-tahyul sehingga subjek dengan obyek tidak dibedakan. · Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami danmemikirkan kenyataan akan tetapi belum mampu membuktikan denganfakta. · Tahap Positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk menemukanhukum-hukum dan saling hubungan lewat fakta. Maka pada tahap inipengetahuan manusia dapat berkembang dan dibuktikan lewat fakta (HarunH, 1983: 110 dibandingkan dgn Ali Mudhofir, 1985: 52, dlm Kaelan, 1991: 30).

f. Skeptisisme Menyatakan bahwa pencerapan indera adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun pada zaman modern berkembang menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengalamandiakui benar. Tokoh skeptisisme adalah Rene Descrates (1596-1650).

g. Pragmatisme Aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan namun mempertanyakan tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan. Tokoh aliran ini, antara lain: C.S Pierce (1839- 1914), menyatakan bahwa yang terpenting adalah manfaat apa (pengaruh apa) yang dapat dilakukan suatu pengetahuan dalam suatu rencana. Pengetahuan kita mengenai sesuatu hal tidak lain merupakan gambaranyang kita peroleh mengenai akibat yang dapat kita saksikan. (Ali Mudhofir, 1985:53, dalam Kaelan 1991: 30). Tokoh lain adalah William James (1824-1910, dalam Kaelan 1991: 30), menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu hal adalah ditentukan oleh akibat praktisnya.

Definisi Pengetahuan
Para ahli hingga kini masih memperdebatkan definisi pengetahuan, terutama karena rumusan pengetahuan oleh Plato yang menyatakan Pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)” (“justified true belief”). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya. Secara garis besar menurut Notoatmodjo (2005) domain tingkat pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang lain.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat kita definisikan bahwa; Pengetahuan merupakan Hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman.

Dasar-dasar Pengetahuan
Pengetahuan, merupakan segenap apa yang kita ketahui pada suatu obyek Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan disamping pengetahuanØtertentu. Khazanah kekayaan mental yang secaraØlain misalnya seni, agama dan lain-lain. Langsung atau tidak Ilmu mencobaØlangsung turut memperkaya kehidupan. Menaksirkan gejala alam dengan mencoba mencari penjelasan tentang Ilmu. Ilmu mempunyai 2 buah peran; metafisika dan akalØberbagai kejadian sehat yang terdidik (educated common sense).

Dasar-dasar pengetahuan meliputi:
a. Pengalaman, segala sesuatu yang terjadi kepada manusia sebagai hasil interaksinya dengan alam nyata dan alam gaib(tak terlihat) atau dalam istilah agama disebut juga pengalaman spiritual.
b. Memori, merupakan kelanjutan dari pengetahuan, sebab ingatan merupakan hasil dari pengalaman.
c. Kesaksian, berfungsi untuk menguatkan atau meneguhkan suatu informasi dari para ahli yang memiliki otaritas dibidangnya untuk menentukan salah atau benar informasi yang dimaksud.
d. Rasa Ingin Tahu, pengalaman yang menjadi pengetahuan seringkali berawal dari rasa ingi tahu seseorang terhadap sesuatu sehingga ia akan menyelidiki pengalamannya baik dengan bertanya atau cara lain untuk memberi jawaban atas rasa ingin tahunya.
e. Logika, pertimbangan akal pikiran agar dapat berpikir secara lurus, tepat, dan sistematis, kemudian disampaikan dalam bahasa lisan atau tertulis.
f. Bahasa, penalaran tanpa kemampuan berbahasa adalah penalaran yang antiklimaks, karena bahasa merupakan alat untuk menerjemahkan penalaran.
g. Kebutuhan Hidup, semakin manusia membutuhkan sesuatu semakin kreatif manusia tersebut untuk mendapatkan apa yang diinginkannya

Sumber Pengetahuan
Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, diantaranya:
a. Empirisme , menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (empereikos = pengalaman). Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal: John Locke (1632 – 1704), George Barkeley(1685 -1753) dan David Hume.
b. Rasionalisme, Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596 – 1650, Baruch Spinoza (1632 –1677) dan Gottried Leibniz (1646 –1716).
c. Intuisi, dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui proses penalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia intuisi merupakan kemampuan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati.
d. Wahyu, pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya yang terpilih untuk menyampaikannya( Nabi dan Rosul). Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau olehmanusia. ¢ Menurut KBBI wahyu merupakan petunjuk dari Allah yg diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dsb

Proses Memperoleh Pengetahuan
Proses terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi karena jawaban terhadap terjadinya pengetahuan akan membuat seseorang paham filsafatnya. Terjadinya pengetahuan dapat bersifat:
a priori yang berarti pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin.
a posteriori pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.
Dengan demikian pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif.

Ada enam hal yang merupakan alat untuk mengetahui proses terjadinya pengetahuan menurut John Hospes, yaitu:
a. Pengalaman Indera (Sense Experience) Dalam filsafat, paham yang menekankan pada kenyataan disebut realisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui adalah hanya kenyataan. Jadi ilmu berawal mula dari kenyataan yang dalam diserap oleh indera. Aristoteles adalah tokoh yang pertama mengemukakan pandangan ini, yang berpendapat bahwa ilmu terjadi bila subjek diubah dibawah pengaruh objek. Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indera (sensasi).
b. Nalar (Reason) Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru.
c. Otoritas (Authority) Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber ilmu karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang memiliki kewibawaan dalam pengetahuannya. Jadi ilmu pengetahuan yang terjadi karena adanya otoritas adalah ilmu yang terjadi melalui wibawa seseorang hingga orang lain mempunyai pengetahuan.
d. Intuisi (Intuition) Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus yang mampu membuat pernyataan yang berupa ilmu. Karena ilmu yang diperoleh melalui intuisi muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu, maka tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan.
e. Wahyu (Revelation) Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena manusia mengenal sesuatu melalui kepercayaannya.
f. Keyakinan (Faith) Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara wahyu dan keyakinan hampir tidak dapat dibedakan karena keduanya menggunakan kepercayaan, perbedaannya adalah bahwa keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatic diikutinya adalah peraturan berupa agama, sedang keyakinan adalah kemampuan jiwa manusia yang merupakan pematangan (maturation) dari kepercayaan

Jenis-jenis Pengetahuan
Menurut Burhanuddin Salam (1983), pengetahuan dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Pengetahuan biasa (common sense), yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari melalui inderawi.
b. Pengetahuan ilmu atau ilmu, merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode.
c. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara kontemplatif dan spekulatif yang menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
d. Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan lewat rasul-Nya dan diyakini kebenarannya.

Menurut Soemargono (1983), pengetahuan dibagi menjadi:
a. Pengetahuan non ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak termasuk ilmiah. Biasanya berupa pengetahuan yang diperoleh dari alat panca indra, atau pengembangan dari pemikiran, atau dari intuisi.
b. Pengetahuan ilmiah, biasanya disebut ilmu yang merupakan hasil pemahaman manusia dengan menggunakan metode ilmiah.

Sedangkan Aristoteles membagi pengetahuan menjadi 3 yaitu:
a. Pengetahuan produksi (seni)
b. Pengetahuan praktis (etika, ekonomi, politik)
c. Pengetahuan teoritis (fisika, matematika dan metafisika)

Pengetahuan biasa merupakan pengetahuan yang digunakan terutama untuk kehidupan sehari-hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Seorang yang dulunya belum tahu tentang cara belajar melalui e-learning pendidikan, dan setelah melalui suatu proses seseorang tahu tentang e-learning pendidikan, maka orang tersebut disebut memiliki pengetahuan biasa. Dalam bahasa lain disebut sebagai pengetahuan yang dimiliki dengan kadar sekedar tahu. Memenuhi faktor ketidak tahuannya. Pengetahuan ilmiah atau Ilmu, diperoleh dengan cara khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan luas mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman. Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode.

Dari pengetahuan tentang e-learning pendidikan yang sekedar tahu, kemudian menggunakan beberapa langkah dan metode yang jelas untuk mengetahui lebih dari sekedar tahu, dan dilakukan secara sistematismaka orang yang mengetahui dan memahami secara mendalam tentang e-learning pendidikan disebut sebagai pengetahuan ilmiah tentang e-learning.

Dalam batasan ini, seseorang yang memiliki pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan, maka semua proses yang dilewatinya jika dilakukan oleh orang lain akan memiliki pengetahuan yang sama dengan yang dimilikinya.(Syarat Ilmiah). Sebagian yang mendefinisikan pengetahuan sebagai sebuah ilmu. Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara objektif yang bertujuan untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi, eksperimen dan klasifikasi. Ilmu harus bersifat objektif, karena dimulai dari fakta, menyampingkan sifat kedirian, mengutamakan pemikiran logik dan netral.

Pengetahuan filsafat, pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan diatas pengalaman biasa. Pengetahuan Filsafat biasanya berkenaan dengan hakikat sesuatu (transenden) sehingga kadang perbincangannya seputar hal-hal yang abstrak terhadap bangunan sebuah pengetahuan. Objek pembahasannya selalu mengedepanan aspek ontologi, epistimologi dan aksiologi.

Karakteristik Pengetahuan
Seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa ilmu pengetahuan berasal dari rasa ingin tahu yang kemudian dibuktikan dan diuji oleh orang lain. Namun, tidak semua pengetahuan dinamakan ilmu. Pengetahuan yang diangkat sebagai ilmu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a. Rasional Ilmu pengetahuan didasarkan atas kegiatan berpikir secara logis dengan menggunakan rasa (nalar) dan hasilnya dapat diterima oleh nalar manusia.
b. Objektif Kebenaran yang dihasilkan suatu ilmu merupakan kebenaran pengetahuan yang jujur, apa adanya sesuai dengan kenyataan objeknya, serta tidak tergantung pada suasana hati, prasangka, atau pertimbangan nilai pribadi. Objek dan metode ilmu tersebut dapat dipelajari dan diikuti secara umum. Kebenaran itu dapat diselidiki dan dibenarkan oleh ahli lain dalam bidang ilmu tersebut melalui pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.
c. Akumulatif Ilmu dibentuk dengan dasar teori lama yang disempurnakan, ditambah, dan diperbaiki sehingga semakin sempurna. Ilmu yang dikenal sekarang merupakan kelanjutan dari ilmu yang dikembangkan sebelumnya. Oleh karenanya, ilmu pengetahuan bersifat relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final. Dengan demikian, ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.
d. Empiris Kesimpulan yang diambil harus dapat dibuktikan melalui pemeriksaan dan pembuktian pancaindra, serta dapat diuji kebenarannya dengan fakta. Hal ini yang membedakan antara ilmu pengetahuan dengan agama.
e. Andal dan Dirancang Ilmu pengetahuan dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan dengan hasil yang dapat diandalkan. Selain itu, ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah.

Kebenaran Pengetahuan
Pengetahuan selama ini diperoleh dari proses bertanya dan selalu di tujukan untuk menemukan kebenaran. Didalam filsafat ilmu, pengetahuan itu disebut pengetahuan yang benar jika telah memenuhi beberapa kriteria kebenaran. Kriteria kebenaran tersebut didasarkan pada beberapa teori antara lain :
1. Teori Koherensi (Theory of Coherence) Berdasarkan teori ini, suatu pengetahuan dianggap benar apabila pengetahuan tersebut kohoren dengan pengetahuan yang ada sebelumnya dan sudah dibuktikan kebenarannya. Didalam pembelajaran matematika hal ini biasanya disebut dengan sifat deduktif.
2. Teori Korespondensi (Theory of Corespondence) Berdasarkan teori ini, suatu pengetahuan dianggap benar jika pengetahuan tersebut mempunyai hubungan dengan suatu kenyataan yang memang benar. Teori ini didasarkan pada fakta empiris sehingga pengetahuan tersebut benar apabila ada fakta-fakta yang mendukung bahwa pengetahuan tersebut benar. Dengan demikian kebenaran disini didasarkan pada kesimpulan induktif.
3. Teori Pragmatis (Theory of Pragmatism) Menurut teori ini, pengetahuan dikatakan benar apabila pengetahuan tersebut terlihat secara praktis benar atau memiliki sifat kepraktisan yang benar. Pengikut teori ini berpendapat bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai kegunaan yang praktis.

Hakekat Pengetahuan
Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat pengetahuan:
1. Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata.
2. Idealisme, teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental/psikologis yang bersifat subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya.

METODE ILMIAH
Kata metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti) dan kata benda hodos (jalan, cara, arah). Kata methodos berarti: penelitian, metode ilmiah, uraian ilmiah, yaitu cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, dimana ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh lewat metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi tentang cara bekerja pikiran yang diharapkan mempunyai karakteristik tertentu berupa sifat rasional dan teruji sehingga ilmu yang dihasilkan bisa diandalkan. Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif dalam membangun pengetahuan.

Teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasionil yang berkesuaian dengan objek yang dijelaskannya, dengan didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. Secara sederhana maka, hal ini berarti bahwa semua teori ilmiah harus memenuhi 2 syarat utama yaitu :
1. Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
2. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimana pun konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah

Langkah-langkah Metode Ilmiah
Pendekatan rasional yang digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkah menuju dan dapat menghasilkan pengetahuan inilah yang disebut metode ilmiah. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah berikut:
a. Perumusan masalah Merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batasannya dan faktor yang terkait dapat diidentifikasi.
b. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis. Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan, yang disusun secara rasionil berdasarkan premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya.
c. Perumusan hipotesis Merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d. Pengujian hipotesis Merupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan adanya fakta pendukung hipotesis.
e. Penarikan kesimpulan Merupakan penilaian diterima atau tidaknya sebuah hipotesis.
Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah karena telah memenuhi persyaratan keilmuan, yaitu mempunyai kerangka kejelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya dan telah teruji kebenarannya. Keseluruhan langkah tersebut harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Hubungan antara langkah yang satu dengan lainnya tidak terikat secara statis melainkan bersifat dinamis dengan proses pengkajian ilmiah yang tidak semata mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas. Pentingnya metode ilmiah bukan saja dalam proses penemuah ilmu pengetahuan, namun terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuwan.

STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diproses dengan metode ilmiah dan memenuhi syarat-syarat keilmuan (Jujun, 2005). Sedangkan menurut Peursen, pengetahuan ilmiah ialah pengetahuan yang terorganisasi dengan sistem dan metode berusaha mencari hubungan-hubungan tetap diantara gejala-gejala (Bakker,1990). Piaget juga mendefenisikan pengetahuan ilmiah sebagai hasil penyesuaian terhadap kenyataan, yang menggambarkan latar belakang hayati maupun kejiwaan dari ilmu (Peursen, 2003).

Dari berbagai defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan hasil penyesuaian terhadap kenyataan yang diperoleh dengan metode ilmiah dan memenuhi syarat-syarat keilmuan. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah sering diistilahkan dengan ilmu.

Dalam kaitannya dengan pengetahuan dan metode ilmiah, Gie (1997) menyatakan bahwa ilmu adalah kesatuan antara pengetahuan, aktivitas, dan metode. Ketiga hal tersebut merupakan kesatuan logis yang harus ada secara berurutan. Ilmi harus diusahakan dengan aktivitas, aktivitas harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan interaksi di antara aktivitas, metode, dan pengetahuan menyusun suatu ilmu.

Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Sesuatu yang ilmiah itu mempunyai sifat tidak absolut. Kebenaran ilmiahnya terbatas hingga sesuatu yang ilmiah dapat disangkal atau disanggah dan diperbaiki.

Ginzburg berpendapat bahwa ilmu dalam pengertiannya sebagai pengetahuan merupakan suatu sistem pengetahuan sebagai dasar teoritis untuk tindakan praktis. Sedangkan Nagel menyatakan ilmu adalah suatu sistem penjelasan mengenai saling hubungan diantara peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, ilmu sebagai sekumpulan pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberi penjelasan yang termaksud. Saling keterkaitan diantara segenap komponen itu merupakan struktur dari pengetahuan ilmiah (Gie, 1997).

Menurut Gie (1997), sistem pengetahuan ilmiah mencakup lima kelompok unsur, yaitu sebagai berikut :
a. Jenis-jenis sasaran Setiap cabang ilmu khusus mempunyai sasaran atau objek sebenarnya (proper object) yang dapat dibedakan menjadi objek material dan objek formal. Objek material adalah fenomena di dunia ini yang ditelaah oleh ilmu, sedangkan objek formal adalah pusat perhatian dalam penelaahan ilmuwan terhadap pengetahuan tersebut. Suteja (2010) berpendapat, objek material (material object) ilmu pengetahuan ialah seluruh lapangan bahasan yang dijadikan objek penyelidikan ilmu pengetahuan. Sedangkan objek formal ilmu pengetahuan ialah objek material yang menjadi fokus status ilmu, sehingga yang membedakan ilmu pengetahuan yang satu dan yang lainnya adalah jika ilmu pengetahuan mempunyai objek material yang sama. Apabila kebetulan objek materianya sama maka yang membedakan adalah objek formalnya, yaitu sudut pandang tertentu yang menentukan macam atau jenis ilmu pengetahuan.

Penggabungan antara objek material dan objek formal merupakan pokok soal tertentu yang dibahas dalam pengetahuan ilmiah yang merupakan objek yang sebenarnya dari cabang ilmu yang bersangkutan.

b. Bentuk-bentuk pernyataan
Suatu fenomena sebagaimana ditentukan oleh pusat perhatian ilmuwan menjadi objek sebenarnya dari suatu cabang ilmu. Berbagai keterangan mengenai objek sebenarnya itu dituangkan dalam pernyataan-pernyataan. Kumpulan pernyataan yang memuat pengetahuan ilmiah dapat mempunyai empat bentuk.
1. Deskripsi Ini merupakan kumpulan pernyataan bercorak dekripsif dengan memberikan pemerian mengenai bentuk, susunan, peranan, dan hal-hal terperinci lainnya dari fenomena bersangkutan. Bentuk ini umumnya terdapat pada cabang-cabang ilmu khusus yang terutama bercorak deskriptif, misalnya anatomi dan geografi.
2. Preskripsi Ini merupakan kumpulan pernyataan bercocak preskriptif dengan memberikan petunjuk-petunjuk atau ketentuan-ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaiknya dilakukan dalam hubungannya dengan objek sederhana itu.
3. Eksposisi pola Bentuk ini merangkum pernyataan-pernyataan yang memaparkan pola-pola dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomena yang diteliti.
4. Rekonstruksi Historis Bentuk ini merangkum pernyataan-pernyataan yang berusaha menggambarkan atau menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang diperlukan pertumbuhan sesuatu hal pada masa lampau yang jauh lebih baik secara alamiah atau karena campur tangan manusia.

c. Ragam-ragam proposisi
Selain preposisi, terdapat proposisi-proposisi yang dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Asas Ilmiah Suatu asas atau prinsip adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.
2. Kaidah Ilmiah Suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan hubungan tertib yang dapat diperiksa kebenarannya diantara fenomena sehingga umumnya berlaku pula untuk berbagai fenomena sejenis.
3. Teori Ilmiah Suatu teori dalam pengetahuan Ilmiah adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena. Menurut Fred Kerlinger, tujuan akhir dari ilmu ialah mencapai teori yang tidak lain adalah penjelasan-penjelasan terhadap fenomena alamiah. Teori berupa sekumpulan proposisi yang mencakup konsep-konsep tertentu yang saling berhubungan. Saling hubungan di antara konsep-konsepitu menyajikan suatu pandangan yang sistematik tentang fenomena yang bersangkutan sehingga dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena itu.

Lachman menyatakan bahwa teori mempunyai peranan atau kegunaan sebagai berikut :
· Membantu mensistematiskan dan menyusun data maupun pemikiran mengenai data sehingga tercapai pertalian yang logis diantara aneka data itu yang semula kacau balau. Jadi teori berfungsi sebagai kerangka pedoman, bagan sistematisasi, atau sistem acuan
· Memberikan suatu skema atau rencana sementara mengenai medan yang semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi.
· Menunjukkan atau menyarankan arah-arah untuk penyelidikan lebih lanjut.
Dalam menerangkan fenomena-fenomena, sebuah teori mungkin mengacu pada suatu kaidah umum, dalam arti keteraturan atau pada beberapa kaidah seperti itu. Kaidah-kaidah itu mungkin sudah ditemukan sebelumnya, dan teori itu hanya mengacu pada kaidah-kaidah itu sebagai diketahui; atau teori dapat terdiri dari saran bahwa kaidah umum yang sebelumnya tersembunyi menerangkan kejadian yang bersangkutan. Dalam hal terakhir ini, kaidah yang disarankan mungkin perlu penguatan lebih lanjut. Teori-teori baru kerap kali menggabungkan referensi kepada kaidah yang telah lama mapan dengan saran suatu kaidah baru. Oleh karena itu, sebuah teori tidak pernah merupakan sebuah kaidah; teori mengacu kepada kaidah-kaidah dan mungkin menyarankan eksistensi kaidah-kaidah tambahan, tetapi teori sendiri bukan kaidah. Sebaliknya sebuah kaidah bukanlah teori. Kaidah lebih tepat adalah sebuah fakta.

d. Ciri-ciri fisik
Ciri fisik/pokok dari suatu ilmu berupa ciri sistematisasi, yang selanjutnya dilengkapi ciri fisik lainnya berupa ciri keumuman (generality), rasionalitas, obyektivitas, kemampuan diperiksa kebenarannya (verifiability), dan kemampuan menjadi milik umum (comunality).

e. Pembagian sistematis
Struktur Pengetahuan Ilmiah Menurut Jujun (2005) dalam bukunya Filsafat Ilmu, yaitu :
1. Asumsi Asumsi adalah sesuatu yang dianggap sudah benar, tetapi perlu didampingi dengan fakta empiris.
2. Hipotesa Hipotesa merupakan suatu perkiraan awal yang belum diuji. Biasanya hipotesa diambil berdasarkan teori-teori umum yang mendukung.
3. Prinsip Prinsip adalah sesuatu yang mendasari sesuatu yang lain.
4. Teori Teori adalah suatu penjelasan yang menjelaskan tentang sesuatu. Akan tetapi teori masih dapat disanggah atau disangkal.
5. Hukum Hukum adalah teori yang sudah tidak dapat disanggah atau disangkal lagi. Akan tetapi, apabila terdapat suatu teori yang lebih umum daripada hukum tersebut, maka hukum tersebut tidak benar lagi dan digantikan oleh teori yang baru tersebut.
6. Aksioma/postulat Postulat atau aksioma merupakan suatu pernyataan yang sudah tidak perlu dibuktikan lagi. (dianggap sudah benar)

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengetahuan memungkin untuk diperoleh melalui proses pengalaman, nalar, otoritas, intuisi, wahyu, dan karena adanya sebuah keyakinan.
2. Ada beberapa teori yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan kebenaran pengetahuan yang benar, yaitu teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis.
3. Struktur dalam pengetahuan ilmiah meliputi asumsi, hipotesa, prinsip, teori, hukum, dan aksioma/postulat.

DAFTAR PUSTAKA
Hum, D. S. (2012). Filsafat Ilmu. Dalam Konsep, sejarah, dan pengembangan metode ilmiah (hal. 283). Yogyakarta: CAPS.
http://www.scribd.com/doc/43326775/Ontologi-Epistemologi-Dan-Aksiologi-Ilmu
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2131076-pengertian-pengetahuan/#ixzz2AZ249nkN
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1938678-filsafat-ilmu/#ixzz2AZ5NsUNq
http://www.slideshare.net/Nurmailinda/jenis-pengetahuan
http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2053284-konsep-tingkat-pengetahuan/#ixzz2AZbnxpr1
http://www.scribd.com/doc/46573670/Metode-Ilmiah-Filsafat-Ilmu
http://bermenschool.wordpress.com/2008/12/04/epistemologi-filsafat-pengetahuan/
http://www.slideshare.net/ihsandalton/dasardasar-pengetahuan

1 komentar:

  1. Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu epistemologi sejarah dominoqq

    BalasHapus