Rabu, 13 April 2016

Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Di Provinsi Bali

Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Di Provinsi Bali

LATAR BELAKANG

Dalam sebuah negara pasti tidak akan terlepas dari aktivitas-aktivitas perekonomian. Aktivitas perekonomian ini terjadi dalam setiap bentuk aktivitas kehidupan dan terjadi pada semua kalangan masyarakat, baik masyarakat menengah ke bawah maupun pada masyarakat kalangan atas. Dalam pelaksanaannya, perekonomian selalu menimbulkan permasalahan. Terlebih lagi dalam pelaksanaannya di sebuah negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Indonesia merupakan daerah kepulauan yang mempunyai ribuan pulau dan mempunyai 34 provinsi. Masing-masing daerah mempunyai perbedaan ciri khas tersendiri meliputi sumberdaya alam, ekonomi, sosial budaya, adat-istiadat, jumlah dan kepadatan penduduk, mutu sumberdaya manusia, letak geografis, serta sarana dan prasarana yang tersedia di setiap daerah. Perbedaan karakteristik tersebut berpengaruh pada kemampuan tumbuh masing-masing daerah, sehingga membuat pembangunan di sebagian daerah tumbuh lebih cepat daripada pembangunan daerah lainnya. Kemampuan tumbuh yang berbeda ini juga diikuti oleh perbedaan pola pembangunan ekonomi yang kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan pendapatan antar wilayah.

Eksternalitas

Eksternalitas

I.    LATAR BELAKANG

Masalah dalam ekonomi adalah keterbatasan sumber daya (scarcity), sehingga dengan pandangan tersebut, maka ilmu ekonomi mempelajari bagaimana alokasi sumber daya agar efisien, bagaimana keputusan ekonomi diambil oleh para pelaku ekonomi untuk memenuhi kebutuhan melalui kompetisi pasar. Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien bila asumsi-asumsinya terpenuhi, antara lain pelaku bersifat rasional, memiliki informasi sempurna, pasar berbentuk persaingan sempurna, dan barang bersifat privat.
Namun kenyataannya, asumsi-asumsi ideal tersebut sulit terpenuhi. Akibatnya, terjadilah kegagalan pasar dimana mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat dan diantaranya disebabkan oleh eksternalitas. Ketika terjadi eksternalitas, harga pasar tidak mencerminkan biaya sosial marjinal (marginal social cost) ataupun manfaat sosial marjinal (marginal social benefit) sehingga menimbulkan inefisiensi dalam alokasi sumber daya. Eksternalitas dapat dijelaskan dalam kurva berikut ini :
Gambar 1.1
Eksternalitas
Marginal private cost digambarkan dengan kurva MPC, dimana equilibrium diperoleh pada perpotongan antara kurva MSB (marginal social benefit) dengan kurva MPC yaitu pada kuantitas QA dan harga PA. Private cost perusahaan atau individu tidak selalu sama dengan total cost masyarakat (social cost) untuk produk, jasa, atau kegiatan yang dihasilkan, digambarkan dengan kurva MSC (marginal social cost). Perbedaan antara private cost dan social cost dari produk, jasa, atau kegiatan ini disebut external cost, digambarkan dengan kurva MEC (marginal external cost). Pencemaran adalah salah satu external cost dari produk. External cost secara langsung berhubungan dengan produksi barang atau jasa, tetapi tidak dibebankan langsung oleh produsen. Ketika external cost muncul karena biaya lingkungan yang tidak dibayar, dapat mengakibatkan kegagalan pasar dan inefisiensi ekonomi.

Senin, 11 April 2016

Teori Atribusi

TEORI ATRIBUSI
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang seringkali bertanya mengapa orang lain (atau dirinya sendiri) menunjukkan suatu perilaku tertentu. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mencerminkan beberapa hal yang ingin dijawab oleh teori atribusi :
• Mengapa orang lain (dirinya) berhasil/gagal mencapai sesuatu?
• Mengapa dia (saya) mau melakukan perbuatan luhur itu?
• Mengapa dia (saya) tega melakukan perbuatan buruk itu?
Faktor-faktor penyebab dari perbuatan seperti dicontohkan pada pertanyaan pertanyaan diatas, ingin dijawab oleh teori atribusi. Karena itu teori atribusi adalah teori tentang bagaimana manusia menerangkan perilaku orang lain maupun perilakunya sendiri dan akibat dari perilakunya yang dipertanyakan, misalnya : sifat-sifat, motif, sikap, dsb atau faktor-faktor situasi eksternal. Penjelasan kausal ini merupakan mediator antara stimuli yang diterima individu dengan respon yang diberikan terhadap stimuli itu. Untuk memberikan penjelasan/penerangan terhadap suatu perilaku atau suatu akibat perilaku itu, biasanya tidak hanya dilihat perilakunya. Tetapi dilihat juga : masa lalu dari orang yang menunjukkan perilaku itu, motivasinya,situasinya, dsb.
Beragam teori dan pendapat dari tokoh psikologi yang mengamati kondisi jiwa manusia terhadap respon yang diterima dan diamati kemudian tersimpulkan pada sebuah aksi dan diwujudkan dalam proses belajar. Salah satu teori yang digunakan dalam proses belajar adalah teori atribusi yang diharapkan dapat menjelaskan penyebab dari suatu kejadian.
Memahami sebuah kondisi emosional atau kejiwaan seseorang dapat bermanfaat dalam beberapa hal. Akan tetapi hal ini hanya langkah pertama dalam pembahasan psikologi. Biasanya kita ingin memahami hal tersebut lebih jauh agar dapat mengetahui sifat-sifat individu yang bersifat tetap dan mengetahui penyebab di balik perilaku mereka. Dengan kata lain, kita hanya sekedar ingin mengetahui bagaimana seseorang berbuat, namun lebih jauh lagi kita ingin mengetahui mengapa mereka berbuat demikian. Penyebab dari suatu kejadian proses dimana kita mencari informasi ini disebut dengan atribusi (attribution).
Karena atribusi adalah proses yang kompleks, sederetan teori telah lahir demi menjelaskan berbagai proses kerjanya. Salah seorang pakar teori ini adalah Bernard Weiner (1979-1980). Untuk memahaimi lebih dalam tentang teori ini serta aplikasinya dalam pendidikan.

B. Definisi teori Atribusi
Atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi berarti upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri
Sementara menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is probably the most influential contemporary theory with implications for academic motivation. Artinya Atribusi adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi akademik. Hal ini dapat diartikan bahwa teori ini mencakup modifikasi perilaku dalam arti bahwa ia menekankan gagasan bahwa peserta didik sangat termotivasi dengan hasil yang menyenangkan untuk dapat merasa baik tentang diri mereka sendiri.
Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner ini merupakan gabungan dari dua bidang minat utama dalam teori psikologi yakni motivasi dan penelitian atribusi. Teori yang diawali dengan motivasi, seperti halnya teori belajar dikembangkan terutama dari pandangan stimulus-respons yang cukup popular dari pertengahan 1930-an sampai 1950-an.
Sebenarnya istilah atribusi mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau hasil menurut persepsi individu. Dan yang menjadi pusat perhatian atau penekanan pada penelitian di bidang ini adalah cara-cara bagaimana orang memberikan penjelasan sebab-sebab kejadian dan implikasi dari penjelasan-penjelasan tersebut. Dengan kata lain, teori itu berfokus pada bagaimana orang bisa sampai memperoleh jawaban atas pertanyaan “mengapa”? (Kelly 1973)

C. Komponen dan Karakteristik Atribusi
Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa komponen, yang terpenting adalah hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis dari hubungan psikologi itu ialah bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi. Perasaan tidak menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena memperoleh hasil positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan orang lain. Hal ini merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).
Hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah laku. Penyebab keberhasilan dan kegagalan menurut persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan yang akan datang dan menimbulkan emosi tertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik oleh perasaan individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi.
Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga karakteristik, yakni :
1.    Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya, kita mungkin berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri kita atau karena factor yang berasal di lingkungan kita.
2.    Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan sama jika melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.
3.    Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya. Adapun factor tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan mudah dapat mengubahnya.
Merupakan factor internal yang dapat dikontrol, yakni kita dapat mengendalikan usaha dengan mencoba lebih keras. Demikian juga factor eksternal dapat dikontrol , misalnya seseorang gagal dalam suatu lembaga pelatihan , namun dapat berhasil jika dapat mengambil pelatihan yang lebih mudah. Atau dapat disebut sebagai factor tidak terkendali apabila kalkulus dianggap sulit kareba bersifat abstrak, akan tetap abstrak, tidak akan terpengaruh terhadap apa yang kita lakukan.
Secara umum, ini berarti bahwa ketika peserta didik berhasil di tugas akademik, mereka cenderung ingin atribut keberhasilan ini untuk usaha mereka sendiri, tetapi ketika mereka gagal, mereka ingin atribut kegagalan mereka untuk factor-faktor dimana mereka tidak memiliki kendali, sepeti mengajarkan hal buruk atau bernasib buruk.
Menurut Weiner, factor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada empat factor yakni antara lain :
1.    Ability yakni kemampuan, adalah factor internal dan relative stabil dimana peserta didik tidak banyak latihan control langsung.
2.     Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan factor eksternal yang sebagaian besar di luar pembelajaran control.
3.    Effort yakni upaya, adalah factor internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat latihan banyak control.
4.     Luck yakni factor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan control sangat kecil.
Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua dimensi yaitu :
a. Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas
b. Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas


















TEORI LOCUS OF CONTROL
Definisi Locus of Control
Locus of Control atau lokus pengendalian yang merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi. Lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu organisasi.
Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Kreitner dan Kinicki, 2005).
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan lokus kendali sebagai tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau event-event dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau event-event yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki external locus of control.
Kreitner & Kinichi (2005) mengatakan bahwa hasil yang dicapai locus of control internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Sedangkan pada individu locus of control eksternal menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai dikontrol dari keadaan sekitarnya.
Seseorang yang mempunyai internal locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan di dalamnya. Pada individu yang mempunyai external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran di dalamnya.
Definisi Locus of Control menurut para ahli yang lain :
          1. Rotter
              Locus of control menurut Rotter adalah suatu hal yang dipastikan memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja pada sesorang, yaitu respon awal sebagai dasar dari respon yang akan dilakukan selanjutnya.

           2. Spector
              Locus of control menurut Spector didefinisikan sebagai cerminan dari sebuah kecenderungan seorang individu untuk percaya bahwa dia mengendalikan peristiwa yang terjadinya dalam hidupnya (internal) atau kendali atas peristiwa yang terjadi dalam hidupnya itu berasal dari hal lain (eksternal)

           3. Robbins
              Locus of control menurut Robbins adalah tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Faktor internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan faktor eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa individu yang mempunyai external locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan. Sementara itu individu yang mempunyai internal locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan diidentifikasikan juga lebih menyenangi keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan.
Locus Of Control adalah sebagai tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan.
Rotter (1975) menyatakan bahwa internal dan eksternal mewakili dua ujung kontinum, bukan secara terpisah. Internal cenderung menyatakan bahwa sebuah peristiwa berada pada control mereka sendiri, sementara eksternal lebih cenderung menyalahkan factor luar yang mempengaruhi suatu kejadian yang menimpa mereka. Contoh sederhananya adalah seorang karyawan dalam memandang karirnya di sebuah perusahaan. Jika ia memiliki internal locus of control maka dia akan menyatakan kegagalannya meraih suatu jabatan lebih dikarenakan dirinya sendiri, sementara karyawan yang memiliki eksternal locus of control akan menyalahkan keadaan seperti kurang beruntung, bos yang kurang adil, dst.
Implikasi yang jelas untuk perbedaan antara internal dan eksternal dalam hal motivasi berprestasi mereka.  Lokus internal berkaitan dengan tingkat lebih tinggi dari N-ach. Karena kendali mereka mencari di luar dirinya, eksternal cenderung merasa bahwa mereka kurang memiliki kontrol atas nasib mereka. Orang dengan lokus kontrol eksternal cenderung lebih stres dan rentan terhadap depresi klinis (Benassi, Sweeney & Dufour, 1988; dikutip dalam Maltby, Hari & MacAskill, 2007).

 KESIMPULAN
Atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi berarti upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri.
Locus of Control atau lokus pengendalian yang merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi. Lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu organisasi



Referensi :
Kreitner dan Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi, buku 1 Jakarta : Salemba Empat
Robbbins  dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jakarta : Salemba Empat
Maltby, J., Day, L., Macaskill, A. (2007). Personality, Individual Differences and Intelligence. at http://en.wikipedia.org/wiki/Locus_of_control
http://www.kompasiana.com/jokowinarto/teori-atribusi-berner-weiner-dan-implementasinya-dalam-pembelajaran


Teori Peran

Teori Peran

Peran adalah “bagian” yang dijalankan orang ketika berinteraksi dengan orang lain.
Roles are the parts that people play in their interactions with others.
Contoh:Dalam berinteraksi dengan mahasiswa saya berperan sebagai seorang dosen.

PERAN SOSIAL menentukan hak, tugas, kewajiban, dan pola perilaku orang yang memegang posisi tertentu dalam konteks sosial tertentu.
Contoh: Seorang walikota dalam menjalankan pemerintahan memiliki hak dan kewajiban tertentu dan diharapkan untuk berperilaku dengan cara tertentu.

Teori Sikap

Teori Sikap

An attitude is a relatively enduring organization of beliefs, feelings, and behavioral tendencies towards socially significant objects, groups, events or symbols. - Sikap adalah organisasi yang relatif abadi keyakinan, perasaan, dan kecenderungan perilaku terhadap sosial yang signifikan objek, kelompok, peristiwa atau simbol.(Hogg, M. dan Vaughan, G. (2005). Social Psychology, 4th edition. London: Prentice-Hall)
An attitude is an expression of favor or disfavor toward a person, place, thing, or event (the attitude object) - Sikap adalah ekspresi menguntungkan atau merugikan terhadap orang, tempat, hal, atau peristiwa (objek sikap) (http://en.wikipedia.org/wiki/Attitude_%28psychology%29)

STRUKTUR SIKAP
  1. Komponen Kognitif: Pendapat, keyakinan, atau pengetahuan mengenai objek sikap. Contoh: Korupsi merugikan bangsa.
  2. Komponen Afektif: Perasaan mengenai objek sikap. Contoh: Saya tidak senang pada koruptor.
  3. Komponen Konatif: Kecenderungan perilaku sehubungan dengan objek sikap. Contoh: Jika menjadi pejabat, saya tidak akan korupsi.

Income Redistribution: Conceptual Issues

Income Redistribution
Conceptual Issues


I.    LATAR BELAKANG
Menurut pandangan secara umum, salah satu seni dalam pemerintahan  adalah  bagaimana uang diambil sebanyak mungkin dari satu kelas tertentu untuk diberikan kepada kelas warga yang lain. Sehingga pandangan tersebut sering menimbulkan pertanyaan siapakah yang akan mendapatkan dan siapakah yang akan kehilangan sebagai akibat dari kebijakan tersebut yang kemudian menimbulkan dua permasalahan. Pertama, teori ekonomi kesejahteraan menunjukkan bahwa efisiensi merupakan standar normatif yang memadai selain kriteria lain yang harus dipertimbangkan ketika membandingkan alokasi alternatif sumber. Permasalahan kedua adalah kepedulian pengambil keputusan terhadap implikasi dari kebijakan tersebut. Pembuat kebijakan mungkin akan berfokus kepada isu-isu distribusi dan sama sekali tidak memperhatikan masalah efisiensi, oleh karena itu beberapa tradisi penting dari filsafat politik menunjukkan bahwa pemerintah harus dapat menunjukkan peran distributif.
Beberapa negara maju kerap kali dinamakan sebagai “negara kemakmuran” atau biasa disebut dengan welfare state. Dinamakan demikian karena negara-negara tersebut membuat kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan pendapatan, sehingga perbedaan diantara golongan masyarakat yang sangat kaya dengan masyarakat yang sangat miskin tidak terlihat begitu nyata. Hal tersebut dilakukan karena kesenjangan pendapatan merupakan permasalahan awal yang dapat memicu munculnya masalah kemiskinan.
Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini.Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk suatu negara.Semakin besar angka kemiskinan, semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya.Negara maju menunjukkan tingkat kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan yang relatif kecil dibanding negara sedang berkembang, dan untuk mengatasinya tidak terlalu sulit mengingat GDP dan GNP mereka relatif tinggi.Walaupun demikian, masalah ini bukan hanya menjadi masalah internal suatu negara, namun telah menjadi permasalahan bagi dunia internasional. Berikut ini adalah data dari Biro Sensus  mengenai distribusi pendapatan di Amerika Serikat sejak akhir tahun 1960-an.
Tabel 1
Distribusi Pendapatan di Antara Rumah Tangga (tahun dipilih)
(dalam persen)
Tahun
20 % penduduk termiskin
20 % penduduk termiskin kedua
20 % pendudukMenengah
20 % penduduk terkaya Kedua
20 % penduduk  terkaya
Persentase
Top 5
1967
1977
1982
1987
1992
1997
2002
2004
4,0
4,2
4,0
3,8
3,8
3,6
3,6
3,4
10,8
10,2
10,0
9,6
9,4
8,9
8,8
8,7
17,3
16,9
16,5
16,1
15,8
15,0
14,8
14,7
24,2
24,7
24,5
24,3
24,2
23,2
23,3
23,2
43,6
44,0
45,0
46,2
46,9
49,4
49,7
50,1
17,2
16,8
17,0
18,2
18,6
21,7
21,7
21,8
Sumber : Rosen, Harvey S. Edisi ke-7

Ekspenditure Programs

Ekspenditure Programs

I.    LATAR BELAKANG

Rakyat Amerika telah sependapat bahwa pemerintah wajib membantu rakyat miskin. Tetapi masih terdapat perbedaan pendapat dalam bentuk pemberian bantuan tersebut.
“Welfare” di Amerika Serikat merupakan pengganti dari puluhan program yang dtujukan terutama untuk masyarakat yang kurang sejahtera. Pada tahun 1968, bantuan pemerintah menyumbang sekitar 1.8 % dari PDB. Pada tahun 2002, mengalami kenaikan 5 %. Sebagian besar program bantuan pemerintah berupa transfer dalam bentuk barang. Pada tahun 1968, bantuan tunai mencapai 48 % dari semua keuntungan. Nilai tersebut kira-kira 20 % dari total keseluruhan PDB (Burke 2003).
Pentingnya bentuk pemberian tercermin dalam table 1.1. yang berisi daftar kategori program keluaran. Walaupun tabel tersebut menyediakan gambaran yang cukup memadai akan tetapi itu belum menunjukkan anggaran yang lengkap untuk rakyat miskin. Hal ini disebabkan beberapa program yang tidak secara eksplisit terdistribusi dibagikan kembali dengan jumlah yang dipertimbangkan untuk rakyat miskin. Pembayaran Keamanan sosial biasanya adalah satu-satunya pendapatan dari 20 % keuntungan. dipertimbangkan sebuah program asuransi daripada program distribusi. Pembayaran keamanan sosisal belum adalah satu-satunya sumber pendapatan untuk 20 % penerima manfaat. Demikian juga, rakyat miskin menerima pembayaran asuransi penganguran dan pensiunan veteran. Selain itu, banyak keluarga yang tidak berada di bawah garis kemiskinan menerima bantuan yang diperuntukkan rakyat miskin. Misalnya, lebih dari 12 % rumah tangga yang menerima kupon makan adalah dibawah tingkat garis kemiskinan (Departemen Pertanian AS, 2005)

Tabel 1.1
Program
Federal
State and Local
Medical Care
Cash Aid
Food Benefits
Housing Benefits
Education
Services
Jobs/Training
Energy aid
$ 163.8
82.4
36.8
34.8
28.8
17.5
6.9
2.0
$ 118.7
19.7
2.5
0.7
1.7
4.7
0.9
0.1

 

II.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dalam tulisan ini adalah Bagaimana jenis dan bentuk bantuan Amerika serikat kepada rakyat miskin?  

Senin, 18 Januari 2016

REFORMASI Perpajakan VS REVOLUSI Perpajakan

REFORMASI Perpajakan VS REVOLUSI Perpajakan

Dunia perpajakan selama ini hanya mengenal kata reformasi perpajakan. Tidak ada istilah revolusi perpajakan. Apabila diterjemahkan secara bebas, kata reformasi mengandung makna perubahan secara drastis, sedangkan revolusi adalah perubahan total dan cepat.

Reformasi perpajakan lahir melalui ketetapan MPR No II/MPR/1983 tanggal 9 Maret 1983 pada Bab III huruf D butir ke 13, tujuannya untuk mendanai pembangunan negara yang harus bersumber dari kemampuan dalam negeri.

Minggu, 29 November 2015

Permasalahan Umum dan Klasik dalam Penyusunan APBD

Permasalahan Umum dan Klasik dalam Penyusunan APBD

Dalam bulan-bulan ini, pemerintah daerah (Pemda) disibukkan oleh penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Ada fenomena menarik terkait proses penyusunan APBD tersebut.
Fenomena ini sebenarnya bukan masalah baru. Tapi masalah klasik yang dari tahun ke tahun seringkali berulang. Karena sebagai suatu masalah dan berpotensi merugikan masyarakat, maka seharusnya menjadi perhatian bersama, terutama bagi Pemda.

Senin, 09 November 2015

Pokok Perubahan PPh Dan Bendaharawan KUP 2008

Pokok Perubahan PPh Dan Bendaharawan KUP 2008



Banyak yang berpendapat bahwa perubahan yang dibuat UU No. 36 Tahun 2008 pada dasarnya adalah mengenai hal penurunan tarif Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan saja. Padahal kalau kita kaji lebih lanjut, UU Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 mengatur tentang perubahan-perubahan yang lebih luas dari pendapat orang tersebut yang menimbulkan dampak yang signifikan terhadap Pajak Penghasilan di Indonesia, baik itu berdampak terhadap penghasilan wajib pajak. Pokok-pokok perubahan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dan Badan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dan Badan



Berdasarkan UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pengertian tersebut ada beberapa komponen yang WAJIB Anda tahu yaitu:
1.      Pajak adalah Kontribusi Wajib Warga Negara
2.      Pajak bersifat MEMAKSA untuk setiap warga negara
3.      Dengan membayar pajak, Anda tidak akan mendapat imbalan langsung 
4.      berdasarkan Undang-Undang