Rabu, 13 April 2016

Eksternalitas

Eksternalitas

I.    LATAR BELAKANG

Masalah dalam ekonomi adalah keterbatasan sumber daya (scarcity), sehingga dengan pandangan tersebut, maka ilmu ekonomi mempelajari bagaimana alokasi sumber daya agar efisien, bagaimana keputusan ekonomi diambil oleh para pelaku ekonomi untuk memenuhi kebutuhan melalui kompetisi pasar. Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien bila asumsi-asumsinya terpenuhi, antara lain pelaku bersifat rasional, memiliki informasi sempurna, pasar berbentuk persaingan sempurna, dan barang bersifat privat.
Namun kenyataannya, asumsi-asumsi ideal tersebut sulit terpenuhi. Akibatnya, terjadilah kegagalan pasar dimana mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat dan diantaranya disebabkan oleh eksternalitas. Ketika terjadi eksternalitas, harga pasar tidak mencerminkan biaya sosial marjinal (marginal social cost) ataupun manfaat sosial marjinal (marginal social benefit) sehingga menimbulkan inefisiensi dalam alokasi sumber daya. Eksternalitas dapat dijelaskan dalam kurva berikut ini :
Gambar 1.1
Eksternalitas
Marginal private cost digambarkan dengan kurva MPC, dimana equilibrium diperoleh pada perpotongan antara kurva MSB (marginal social benefit) dengan kurva MPC yaitu pada kuantitas QA dan harga PA. Private cost perusahaan atau individu tidak selalu sama dengan total cost masyarakat (social cost) untuk produk, jasa, atau kegiatan yang dihasilkan, digambarkan dengan kurva MSC (marginal social cost). Perbedaan antara private cost dan social cost dari produk, jasa, atau kegiatan ini disebut external cost, digambarkan dengan kurva MEC (marginal external cost). Pencemaran adalah salah satu external cost dari produk. External cost secara langsung berhubungan dengan produksi barang atau jasa, tetapi tidak dibebankan langsung oleh produsen. Ketika external cost muncul karena biaya lingkungan yang tidak dibayar, dapat mengakibatkan kegagalan pasar dan inefisiensi ekonomi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Eksternalitas terjadi hanya apabila tindakan suatu pihak mempunyai dampak terhadap pihak lain tanpa adanya kompensasi. Dalam hal terjadi eksternalitas yang menimbulkan kegagalan pasar ini, pemerintah diharapkan untuk melakukan campur tangan mengingat salah satu fungsi pemerintah sebagai stabilisator dalam perekonomian. Tulisan ini akan membahas tentang definisi, jenis dan contoh eksternalitas, bagaimana eksternalitas itu terjadi dan bagaimana cara mengatasinya. 

II.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dalam tulisan ini sebagai berikut:
  1. Apakah yang dimaksud dengan eksternalitas dan apa saja jenis-jenis eksternalitas?
  2. Apa saja faktor-faktor penyebab eksternalitas?
  3. Bagaimanakah solusi pihak swasta terhadap eksternalitas?
  4. Bagaimanakah kebijakan pemerintah dalam mengatasi eksternalitas? 

III.    PEMBAHASAN EKSTERNALITAS

3.1    Pengertian dan Jenis-jenis Eksternalitas

Private cost untuk produsen yang baik barang, layanan, atau kegiatan meliputi biaya perusahaan membayar untuk membeli peralatan modal, mempekerjakan tenaga kerja, dan membeli bahan atau input lainnya. Sementara pengertian tersebut dari sisi bisnis, penting juga untuk melihat masalah ini dari sudut pandang konsumen. Contoh private cost konsumen menghadapi ketika mengendarai mobil. Biaya-private cost ini (mengendarai mobil) diantaranya termasuk bahan bakar dan minyak, pemeliharaan, penyusutan, dan bahkan saat berkendara yang dialami oleh pengemudi mobil. Private cost dibayar oleh perusahaan atau konsumen dan harus disertakan dalam keputusan produksi dan konsumsi. Dalam pasar yang kompetitif, mempertimbangkan hanya private cost akan menyebabkan output tingkat efisien sosial hanya jika tidak ada external cost (private cost = social cost).
External cost, tidak tercermin pada laporan laba rugi atau dalam keputusan perusahaan. Namun, external cost tetap merupakan biaya kepada masyarakat, terlepas dari siapa yang membayar untuk mereka. Sebagai contoh sebuah perusahaan yang mencoba untuk menghemat uang dengan tidak memasang peralatan pengendalian pencemaran air. Karena tindakan perusahaan, kota yang terletak di sungai akan harus membayar untuk membersihkan air sebelum dapat digunakan untuk minum, dan masyarakat mungkin menemukan kenyataan bahwa penggunaan sungai dibatasi, dan industri perikanan dapat dirugikan. Ketika external cost seperti ini ada, mereka harus ditambahkan ke private cost untuk menentukan social cost dan untuk memastikan bahwa tingkat sosial yang efisien tercapai dari output yang dihasilkan.
Social cost mencakup private cost dan external cost yang timbul dari produksi atau konsumsi barang atau jasa. Social cost akan berbeda dari private cost, misalnya, produsen yang menghindari biaya pemasangan peralatan pengendalian pencemaran udara sehingga produksi perusahaan tersebut membebankan biaya (kesehatan atau kerusakan lingkungan) kepada pihak lain yang terpengaruh oleh polusi udara. Bukan hanya produsen yang mungkin membebankan external cost pada masyarakat. Bagaimana tindakan konsumen memungkinkan juga memiliki external cost, seperti contoh sebelumnya (mengendarai mobil). Social cost mencakup semua biaya-private cost (bahan bakar, minyak, pemeliharaan, asuransi, penyusutan, dan waktu mengemudi) dan juga biaya yang dialami oleh orang lain selain pengemudi yang terpapar polusi kemacetan dan udara yang dihasilkan dari penggunaan mobil.
Intinya bahwa bahkan jika sebuah perusahaan atau individu menghindari membayar untuk external cost yang timbul dari tindakan mereka, biaya untuk masyarakat secara keseluruhan (kemacetan, polusi, membersihkan lingkungan, dll) adalah tetap ada. Biaya-external cost harus disertakan dalam social cost untuk memastikan bahwa masyarakat beroperasi pada tingkat output sosial yang efisien. Tingkat output efisien sosial dalam pasar yang kompetitif tercapai bila social cost (baik private cost dan external cost) dipertimbangkan dalam keputusan produksi dan konsumsi. Keberadaan external cost memiliki implikasi untuk harga produk, tingkat output, penggunaan sumber daya, dan kompetisi. Ketika external cost berhubungan signifikan dengan barang (atau jasa), maka harga barang terlalu rendah (karena external cost yang tidak dibayar) dan tingkat output terlalu tinggi, relatif terhadap tingkat output efisien sosial barang. 

3.1.1 Pengertian eksternalitas

Berbagai pendapat mengemukakan teorinya tentang pengertian eksternalitas. Munculnya istilah eksternalitas tidak lepas dari nama besar ekonom Alfred Marshall. Marshall mengatakan bahwa eksternalitas timbul ketika suatu variabel yang dikontrol oleh suatu agen ekonomi tertentu mengganggu fungsi utilitas (fungsi kegunaan) agen ekonomi lain. Istilah ini merujuk pada suatu pengertian bahwa kegiatan produksi suatu barang dapat menghasilkan manfaat atau biaya yang belum tercakup pada perhitungan proses produksi dari barang tersebut. Demikian juga, kegiatan konsumsi suatu barang oleh seseorang dapat meningkatkan nilai guna pada pemiliknya atau pada orang lain. Atau bisa juga menimbulkan dampak negatif pada orang lain yang berarti menurunkan daya guna orang yang bukan pemilik dari barang yang dikonsumsi tersebut. Adanya manfaat, biaya, penurunan atau peningkatan nilai guna yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan produksi atau konsumsi yang belum dikalkulasi disebut sebagai output eksternal. Dikatakan eksternal karena mekanisme pasar tidak/belum bisa memasukkan semua biaya atau manfaat tersebut, sehingga dianggap sebagai biaya atau manfaat sosial. Artinya, harga barang yang diproduksi atau yang dikonsumsi belum mencerminkan nilai/harga sesungguhnya dari barang tersebut karena adanya dampak-dampak eksternal yang tidak/belum dapat dikalkulasi. 
Pendapat oleh Rosen (1988) menyatakan bahwa eksternalitas terjadi ketika aktivitas suatu satu kesatuan mempengaruhi kesejahteraan kesatuan yang lain yang terjadi di luar mekanisme pasar (non market mechanism). Tidak seperti pengaruh yang ditransmisikan melalui mekanisme harga pasar, eksternalitas dapat mempengaruhi efisiensi ekonomi. Fisher (1996) mengatakan bahwa eksternalitas terjadi bila satu aktivitas pelaku ekonomi (baik produksi maupun konsumsi) mempengaruhi kesejahteraan pelaku ekonomi lain dan peristiwa yang ada terjadi di luar mekanisme pasar. Sehingga ketika terjadi eksternalitas, maka private choices oleh konsumen dan produsen dalam private markets umumnya tidak menghasilkan sesuatu yang efisien secara ekonomi. 
Berdasarkan pada definisi di atas dapat dijelaskan bahwa eksternalitas adalah biaya yang harus ditanggung atau manfaat tidak langsung yang diberikan dari suatu pihak akibat aktivitas ekonomi. Eksternalitas dapat digambarkan sebagai efek yang dirasakan oleh suatu pihak yang ditimbulkan oleh tindakan pihak lain. Eksternalitas muncul ketika seseorang atau perusahaan mengambil tindakan yang mempunyai efek bagi seseorang ataupun perusahaan, efek tersebut tidak dibayar oleh individu atau perusahaan yang bertindak.

3.1.2 Jenis-jenis eksternalitas 

Jenis-jenis eksternalitas ditinjau dari segi dampaknya dibagi menjadi dua yaitu:
  1. Eksternalitas positif. Eksternalitas positif adalah tindakan suatu pihak yang memberikan manfaat bagi pihak lain, tetapi manfaat tersebut tidak dialokasikan di dalam pasar. Jika kegiatan dari beberapa pihak menghasilkan manfaat bagi pihak lain dan pihak yang menerima manfaat tersebut tidak membayar atau memberikan harga atas manfaat tersebut maka nilai sebenarnya dari kegiatan tersebut tidak tercermin dalam kegiatan pasar. Contoh dari eksternalitas positif ini adalah dengan adanya suntikan antibodi terhadap suatu penyakit, maka suntikan tersebut selain bermanfaat bagi orang yang bersangkutan juga bermanfaat bagi orang lain yakni tidak tertular penyakit. 
  2. Eksternalitas negatif. Eksternalitas negatif adalah biaya yang dikenakan pada orang lain di luar sistem pasar sebagai produk dari kegiatan produktif. Contoh dari eksternalitas negatif adalah pencemaran lingkungan. Misalnya di daerah industri, pabrik-pabrik sering mencemari udara dan orang-orang di sekitarnya harus menderita konsekuensi negatif dari udara yang tercemar meskipun mereka tidak ada hubungannya dengan memproduksi polusi. Contoh eksternalitas negatif adalah ketika seseorang merokok dan orang yang berada disampingnya mencium asap rokok tersebut. Itu berarti orang yang mencium asap rokok tersebut menerima dampak negatif atau dengan kata lain dirugikan karena tindakan orang yang merokok tersebut.

Dampak dari eksternalitas positif dan negatif masing-masing juga dapat terjadi dalam dua kegiatan ekonomi yaitu produksi dan konsumsi, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Eksternalitas positif dari produksi
Yang dimaksud dengan eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Meskipun banyak pasar dimana biaya sosial melebihi biaya pribadi, ada pula pasar-pasar yang justru sebaliknya, yakni biaya pribadi (pivate cost) para produsen lebih besar dari biaya sosialnya (social cost). Di pasar inilah, eksternalitasnya bersifat positif, dalam arti menguntungkan pihak lain (selain produsen dan konsumen). Misalnya pengusaha madu memelihara lebah untuk menghasilkan madu, maka lebah akan mencari madu dan menguntungkan pengusaha anggrek padahal pengusaha madu tak memperhatikan eksternatitas yang positif yang ditimbulkan sehingga menyebabkan kecenderungan menentukan tingkat produksi yang terlalu rendah dilihat dari efisiensi seluruh masyarakat. Ini karena pengusaha menentukan equilibrium dimana marginal private cost = marginal private benefit, yaitu perpotongan kurva  MPC=MPB, pada kuantitas dan harga QqPp, sedangkan bagi masyarakat tidak ada external cost yang terjadi, malah sebaliknya terdapat external benefit. Maka produksi seharusnya ditingkatkan pada posisi marginal social benefit = marginal social cost, dimana tingkat keseimbangan bergeser ke perpotongan kurva MSB=MSC yaitu pada kuantitas dan harga QsPs. 
Gambar 3.1
Eksternalitas Positif dari Produksi

2. Eksternalitas negatif dari produksi 
Pengertian eksternalitas negatif lebih kurang adalah efek samping yang negatif dari suatu tindakan dari pelaku ekonomi (katakanlah suatu perusahaan) yang diderita oleh pihak yang tidak terlibat dalam tindakan ekonomi tersebut. Misalnya jika pabrik gula menghasilkan polusi. Perusahaan tersebut dalam kegiatannya tidak akan memperhitungkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak luar ataupun keuntungan yang didapat dan pihak luar. Mereka memperhitungkan harga produksi dengan tingkat produksi pada titik equilibrium Q1P1, yaitu perpotongan kurva MPC dan MPB dimana marginal private cost = marginal private benefit,. Bila dalam produksi tersebut dampaknya negatif maka terdapat marginal external cost, yaitu MEC>0 yang berarti marginal social cost>marginal private cost (ingat, MSC=MPC+MEC), sehingga titik keseimbangan bergeser ke perpotongan kurva MSC dan kurva MSB. Produksi harus dikurangi agar tingkat efisiensi terjamin yaitu pada titik kuantitas dan harga QePe.
Gambar 3.2
Eskternalitas Negatif dari Produksi

3. Eksternalitas positif dalam konsumsi
Sejauh ini, eksternalitas yang telah kita bahas hanya eksternalitas yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Selain itu masih ada eksternalitas yang terkandung dalam kegiatan konsumsi. Eksternalitas dalam konsumsi ini juga ada yang bersifat positif. Contohnya adalah konsumsi pendidikan. Semakin banyak orang yang terdidik, masyarakat atau pemerintahnya akan diuntungkan. Pemerintah akan lebih mudah merekrut tenaga-tenaga cakap, sehingga pemerintah lebih mampu menjalankan fungsinya dalam melayani masyarakat. Dalam diagram (gambar 2.3), digambarkan sebagai suatu konsumsi barang dimana barang tersebut diminta karena memberikan suatu manfaat eksternal. Pada penawaran suatu barang, keseimbangan terjadi pada titik dimana kurva marginal social cost (MSC) berhimpitan dengan kurva marginal private cost (MPC) dan memotong kurva marginal private benefit (MPB) pada titik kuantitas dan harga QP. Dengan mengkonsumsi barang tersebut (misalnya pendidikan), maka terdapat external benefit (MEB>0) sehingga manfaat sosial yang dirasakan lebih besar dari manfaat pribadi yang berarti marginal social benefit>marginal private benefit (MSB=MPB+MEB). Oleh karena kurva MSB>MPB, sehingga untuk menjamin penggunaan alokasi sumber ekonomi yang optimal maka terjadi pergeseran keseimbangan ke arah perpotongan antara kurva MSB dan MSC, yaitu di titik kuantitas dan harga Q1P1.
Gambar 3.3
Eksternalitas Positif dari Konsumsi

4. Eksternalitas negatif dalam konsumsi
Merupakan konsumsi barang yang mengakibatkan kerugian yang harus ditanggung oleh pihak lain. Konsumsi minuman beralkohol, misalnya, mengandung eksternalitas negatif jika si peminum lantas mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk atau setengah mabuk, sehingga membahayakan pemakai jalan lainnya. Digambarkan tidak adanya eksternalitas produksi maka kurva MSC dan MPC adalah sama. Ketika terjadi dampak negatif dari konsumsi minuman beralkohol yaitu pada titik Q1P1, maka manfaat sosial dari konsumsi tersebut lebih kecil dari manfaat pribadi, yaitu kurva MSB<MPB, sehingga penggunaan alokasi sumber ekonomi/konsumsi bergeser pada perpotongan antara kurva MSB dan MSC, yaitu pada titik Qe Pe. 

Gambar 3.4
Eksternlitas Negatif dari Konsumsi
Sedangkan macam-macam eksternalitas jika ditinjau dari segi pihak-pihak yang melakukan dan pihak yang menerima akibat dari eksternalitas dapat dibagi menjadi 4 (empat) yaitu:

Gambar 3.5
Interaksi Eksternalitas Produsen dan Konsumen
a. Efek atau dampak satu produsen terhadap produsen lain (effects of producers on other producers). 
Eksternalitas produsen terhadap produsen terjadi ketika output dan input  yang  digunakan oleh suatu perusahaan mempengaruhi output dan input yang digunakan oleh perusahaan lain. Contoh: produksi perusahaan hulu sungai yang mencemari air di hilir sungai sehingga menghancurkan sumber daya perikanan dan mempengaruhi industri perikanan, penangkapan ikan menggunakan pukat harimau sehingga menyebabkan berkurangnya sumber daya perikanan dan mempengaruhi nelayan yang menggunakan alat tangkap tradisional, pembakaran hutan oleh perusahaan kelapa sawit sehingga mengganggu penerbangan dan merugikan perusahaan penerbangan, dll. 
b.    Efek atau dampak samping kegiatan produsen terhadap konsumen (effects of producers on consumers) 
Dalam kasus eksternalitas produsen terhadap konsumen eksternalitas terjadi ketika fungsi utilitas konsumen tergantung pada output dari produsen. Jenis eksternalitas terjadi dalam kasus polusi suara oleh pesawat udara, dan efek dari emisi pabrik. Contoh lain yang sering terjadi adalah suatu pabrik yang mengeluarkan asap dalam proses produksinya, akan menyebabkan polusi udara. Udara kotor tersebut akan dihirup oleh masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pabrik. Hal ini menyebabkan utilitas masyarakat tersebut untuk tinggal di sekitar pabrik menjadi turun karena pabrik tidak memberikan ganti rugi apapun kepada masyarakat.
c.    Efek atau dampak dari suatu konsumen terhadap konsumen lain (effects of consumers on consumers). 
Dampak konsumen terhadap konsumen yang lain terjadi jika aktivitas seseorang atau kelompok tertentu mempengaruhi atau menggangu fungsi utilitas konsumen yang lain. Konsumen bisa dipengaruhi tidak hanya oleh efek samping dari kegiatan produksi tetapi juga oleh konsumsi oleh individu yang lain. Dampak atau efek dari kegiatan suatu seorang konsumen yang lain dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Contohnya, orang yang mengendarai motor secara ugal-ugalan dapat mengganggu atau membahayakan pengendara lainnya, bahkan dapat menyebabkan kecelakaan. Begitu juga dengan orang yang merokok yang akan mengganggu orang-orang yang ada disekitarnya. 
d.    Efek akan dampak dari suatu konsumen terhadap produsen (effects of consumers on producers)
Jenis eksternalitas konsumen terhadap produsen jarang terjadi didalam praktek. Eksternalitas konsumen terhadap produsen meliputi efek dari kegiatan konsumen terhadap output perusahaan. Contoh eksternalitas konsumen terhadap produsen, ketika ibu-ibu menyuci baju di sungai menggunakan detergen pasti sisa air detergen dibuang ke dalam sungai. Hal ini bisa menyebabkan polusi sungai sehingga misalnya ada pabrik es yang sangat bergantung pada air sungai untuk menjalankan produksinya, tentu sangat dirugikan karena dia harus mengeluarkan dana untuk membersihkan air sungai yang sudah tercemar air detergen. 

3.2 Faktor-Faktor Penyebab Eksternalitas

Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan ekonomi, eksternalitas dan ketidakefisienan timbul karena salah satu atau lebih dari prinsip-prinsip alokasi sumber daya yang efisien tidak terpenuhi. Karakteristik barang atau sumber daya publik, ketidaksempurnaan pasar, kegagalan pemerintah merupakan keadaan-keadaan dimana unsur hak pemikiran atau pengusahaan sumber daya (property rights) tidak terpenuhi. Sejauh semua faktor ini tidak ditangani dengan baik, maka eksternalitas dan ketidakefisienan ini tidak bisa dihindari.

3.2.1 Keberadaan barang publik

Barang publik yang berkaitan dengan lingkungan meliputi udara segar, pemandangan yang indah, rekreasi, air bersih, hidup yang nyaman dan sejenisnya. Satu-satunya mekanisme yang membedakannya adalah dengan menetapkan harga (nilai moneter) terhadap barang publik tersebut sehingga menjadi barang privat (dagang) sehingga benefit yang diperoleh dari harga itu bisa dipakai untuk mngendalikan atau memperbaiki kualitas lingkungan itu sendiri. Tetapi dalam menetapkan harga ini menjadi masalah tersendiri dalam analisa ekonomi lingkungan. Karena memiliki sifat non-excludable dan non-rivalry, barang publik tidak diperjualbelikan sehingga tidak memiliki harga, barang publik dimanfaatkan berlebihan dan tidak mempunyai insentif untuk melestarikannya. Masyarakat atau konsumen cenderung acuh tak acuh untuk menentukan harga sesungguhnya dari barang publik ini. Hal ini mendorong sebagian masyarakat sebagai “free rider”. Keadaan seperti itu akhirnya mengakibatkan berkurangnya insentif atau rangsangan untuk memberikan kontribusi terhadap penyediaan dan pengelolaan barang publik. Kalaupun ada kontribusi, maka sumbangan itu tidaklah cukup besar untuk membiayai penyediaan barang publik yang efisien, karena masyarakat cenderung memberikan nilai yang lebih rendah dari yang seharusnya (undervalued). 

3.2.2 Sumber daya bersama

Keberadaan sumber daya bersama (common resources) atau akses terbuka terhadap sumber daya tertentu  ini tidak jauh berbeda dengan keberadaan barang publik di atas. Sumber-sumber daya milik  bersama, sama halnya dengan barang-barang publik, tidak ekskludabel.  Sumber-sumber daya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya, dan cuma-cuma.  Namun tidak seperti barang publik, sumber daya milik  bersama memiliki sifat bersaingan.  Pemanfaatannya oleh  seseorang, akan mengurangi peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama.  Jadi, keberadaan sumber daya milik bersama ini, pemerintah juga perlu mempertimbangkan seberapa banyak pemanfaatannya yang efisien.

3.2.3 Ketidaksempurnaan pasar

Masalah lingkungan bisa juga terjadi ketika salah satu partisipan di dalam suatu tukar menukar hak-hak kepemilikan (property rights) mampu mempengaruhi hasil yang terjadi (outcome).  Hal ini bisa terjadi pada pasar yang tidak sempurna  (imperfect market) seperti pada kasus monopoli (penjual tunggal). Ketidaksempurnaan pasar ini misalnya terjadi pada praktek monopoli dan kartel.  Contoh konkrit dari praktek ini adalah organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dengan memproduksi minyak dalam jumlah yang lebih sedikit mengakibatkan meningkatnya harga yang lebih tinggi dari harga normal.  Pada kondisi yang demikian akan hanya berakibat terjadinya peningkatan surplus produsen yang nilainya jauh lebih kecil dari kehilangan surplus konsumen, sehingga secara keseluruhan praktek monopoli ini merugikan masyarakat (worse off).

3.2.4 Kegagalan pemerintah

Sumber ketidakefisienan dan atau eksternalitas tidak saja diakibatkan oleh kegagalan pasar tetapi juga karena kegagalan pemerintah (government failure).  Kegagalan pemerintah banyak diakibatkan tarikan kepentingan pemerintah sendiri atau kelompok  tertentu (interest groups) yang tidak mendorong efisiensi.  Kelompok tertentu ini memanfaatkan pemerintah untuk mencari keuntungan (rent seeking) melalui proses politik, melalui kebijaksanaan dan sebagainya. 

3.3 Solusi Pihak Swasta Terhadap Eksternalitas

3.3.1 Solusi pihak swasta

Dalam prakteknya, bukan hanya pemerintah saja yang perlu dan dapat mengatasi eksternalitas, melainkan juga pihak-pihak non pemerintah, baik itu pribadi/kelompok maupun perusahaan/organisasi kemasyarakatan. Pada dasarnya, tujuan yang hendak dicapai oleh pemerintah maupun pihak swasta (perorangan dan kelompok), berkenaan dengan penanggulangan eksternalitas itu adalah untuk mendorong alokasi sumber daya agar mendekati kondisi yang optimum secara sosial. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak swasta (private solutions) dalam mengatasi persoalan eksternalitas, antara lain salah satunya melalui konsep CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimaksudkan sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan. Contohnya, PT. Tjiwi Kimia setelah diketahui melakukan pencemaran lingkungan dengan membuah limbah berbahaya ke sungai mulai melakukan pemulihan sungai sebagai bentuk tangung jawab terhadap pencemaran yang terjadi. Dibantu LSM dan masyarakat sekitar, perusahaan melakukan berbagai macam program pemulihan kondisi ekosistem sungai dan melakukan rehabilitasi kondisi air sehingga air itu layak digunakan.

3.3.2 Teorema Coase

Pakar ekonom, Ronald Coase (1960) menyampaikan pemberian hak milik yang tepat terhadap suatu barang, walaupun tetap akan ada eksternalitas tetapi bisa menimbulkan tawar-menawar antara pihak-pihak yang terkait sehingga pihak-pihak yang terkait bisa bersama-sama mencari solusi yang terbaik ini dikenal dengan teorema coase. Teorema coase adalah suatu pendapat bahwa jika pihak-pihak swasta dapat melakukan tawar-menawar mengenai alokasi sumber-sumber daya tanpa harus mengeluarkan biaya, mereka dapat menyelesaikan masalah eksternalitas mereka sendirinya. Teorema coase sangat penting untuk memahami implikasi kebijakan dari eksternalitas. Aturan hukum dan hak milik menjadi pusat dari teorema coase. 
Teorema coase menunjukkan bahwa agen-agen ekonomi dapat mengatasi masalah eksternalitas sendiri tanpa perlu intervensi pemerintah, artinya jika pihak-pihak yang terkait dalam melakukan tawar-menawar mengenai alokasi sumber-sumber daya tanpa harus mengeluarkan biaya, mereka dapat menyelesaikan masalah eksternalitas mereka sendiri. Teorema coase menyatakan bahwa jika pasar diperbolehkan untuk berfungsi secara bebas maka akan tercapai alokasi sumber daya yang efisien. Teorema Coase ini sangat menekankan pada pentingnya diberikannya hak milik (property rights) pada proses pasar tanpa memandang kepada siapa hak milik tersebut diberikan. Agar solusi yang ditawarkan coase ini efisien maka perlu dipenuhinya dua asumsi yaitu asumsi yang pertama adalah biaya transaksi rendah dan asumsi kedua adalah kerusakan yang terjadi dapat diukur. 
Hak kepemilikan seringkali membuat suatu permasalahan. Contohnya, ada sebuah peternakan babi yang membuang limbah ke sungai padahal ada pabrik es yang menggunakan air tersebut sehingga membuat pabrik es harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menjernihkannya. Hal tersebut terjadi karena sungai dianggap barang umum sehingga bebas melakukan apapun terhadapnya (menurut Coase). Untuk itu pabrik es perlu menuntut pembayaran kepada peternakan babi dan dimasukkan dalam biaya/kalkulasi harga babi. Pemberian hak milik kepada penyebab atau kepada penderita tak menjadi persoalan. Dengan tegasnya kepemilikan maka mekanisme pasar akan baik sehingga tercapai alokasi sumber ekonomi yang efisien. Hal ini dapat terjadi apabila pihak yang terlibat sedikit jumlahnya. Namun dalam kehidupan sehari-hari tak dapat dilaksanakan sehingga perlu campur tangan pemerintah. 

3.4 Kebijakan Pemerintah Mengatasi Eksternalitas

Adanya eksternalitas negatif mengakibatkan sumber daya yang dilakukan pasar tidak efisien, di sinilah diperlukan peranan dari pemerintah. Harapannya masalah-masalah yang di timbulkan dengan adanya eksternalitas dapat teratasi. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah kebijakan rencana tata ruang wilayah/kota, regulasi, penetapan pajak pigouvian dan pemberian subsidi.

3.4.1 Kebijakan rencana tata ruang wilayah/kota

Penyusunan kebijakan rencana tata ruang wilayah/kota merupakan bentuk intervensi pemerintah guna meminimalkan eksternalitas negatif akibat pemanfaatan ruang perkotaan secara berlebihan. Pemerintah berasumsi bahwa apabila kebijakan tata ruang dipatuhi, maka dapat meminimalkan eksternalitas negatif seperti banjir, kemacetan, dll. Dengan demikian rencana tata ruang seharusnya dianggap sebagai public goods yang dibutuhkan oleh semua warga dalam rangka meminimalisir eksternalitas negatif akibat transaksi pemanfaatan ruang wilayah/perkotaan oleh berbagai pihak. Sebagai public goods, kebijakan penataan ruang wilayah/kota seharusnya memiliki sifat non-excludable dan non-rivalry dalam arti semua warga seharusnya dapat secara bebas mengakses rencana tata ruang tersebut. 
Aksesibilitas terhadap public goods ini menjadi penting karena masyarakat harus memahami bahwa development right yang dimilikinya dibatasi oleh kebijakan tata ruang. Masyarakat harus menyadari bahwa pembatasan ini bertujuan menjamin bahwa pemanfaatan development right oleh seseorang tidak memberikan eksternalitas negatif secara berlebihan pada warga yang lain.. Contohnya, pemerintah mengeluarkan peraturan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang  Penataan Ruang yang menjadi sangat penting karena setiap rencana pembangunan perkotaan harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota. Apabila suatu rencana pembangunan baik yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, swasta, ataupun masyarakat tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota, maka rencana pembangunan tersebut tidak boleh dilaksanakan. Hal ini mengandung makna bahwa setiap pemanfaatan ruang harus sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Kota. Hal ini bagus dalam rangka mengendalikan pertumbuhan kota sekaligus membatasi eksternalitas negatif pemanfaatan ruang kota secara berlebihan. 

3.4.2 Regulasi

Regulasi adalah tindakan mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan. Dengan regulasi pemerintah dapat melarang atau mewajibkan perilaku atau tindakan, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh untuk dilakukan pihak-pihak tertentu dalam rangka mengatasi eksternalitas. Dengan adanya regulasi memaksa penghasil polusi untuk mengurangi polusi yang dihasilkan industri karena polusi tersebut merupakan tanggung jawab pihak yang menghasilkan polusi dan diberlakukannya sanksi yang tegas bagi pelaku yang melanggar regulasi. Contohnya pemerintah mengeluarkan PP No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air atau PP No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Tetapi dalam kenyataannya regulasi ini sulit untuk diterapakan karena pada kenyataannya masalah polusi yang terjadi tidaklah selalu sederhana. Karena polusi merupakan efek sampingan yang tak terelakkan dari kegiatan produksi industri. Kita tidak dapat menghapus polusi secara total. Kita hanya bisa membatasi jumlah polusi hingga ambang tertentu. Sehingga tidak akan terlalu merusak lingkungan namun tidak juga menghalangi kegiatan produksi.

3.4.3 Pajak pigouvian

Pajak pigouvian merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi eksternalitas. Konsumen atau perusahaan yang menyebabkan eksternalitas harus membayar pajak sama dengan dampak marginal dari eksternalitas yang dibuat. Hal itu membuat konsumen atau perusahaan memperhitungkan berapa banyak manfaat dan dampak dari jumlah barang yang diproduksi atau dikonsumsi perusahaan ataupun konsumen. Artinya dengan diterapkannya pajak akan memberikan insentif kepada para pemilik pabrik untuk sebanyak-banyaknya mengurangi polusinya. Semakin tinggi tingkat pajak yang dikenakan maka semakin banyak penurunan polusi yang terjadi. Pemerintah harus campur tangan untuk mengatasi eksternalitas negatif. 
Ekonom Pigou menyarankan metode untuk mengatasi eksternalitas yaitu pajak pigouvian. Ketika biaya sosial marginal melebihi biaya pribadi marginal pajak harus dikenakan kepada produsen. Dengan diwajibkannya membayar pajak maka menyebabkan peningkatan harga dari komoditi yang diproduksi sehingga jumlah komoditi yang diminta menjadi berkurang. Sehingga produsen mengalami kerugian dan marjinal social cost sama dengan biaya marginal private cost. Dalam beberapa kasus pemberlakuan pajak tidak tepat karena sulitnya menghitung biaya eksternalitas. Hal ini dikarenakan dibutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari biaya akibat eksternalitas. Sementara keadaan sudah berubah sehingga diperlukan studi lagi dan tentu akan memerlukan waktu yang lama lagi. Contohnya, Pemerintah Australia berencana menerapan pajak emisi karbon bagi penghasil polusi untuk mengurangi polusi udara di negeri itu. Pajak akan dikenakan sebesar 23 dollar Australia per ton, berdasarkan skema perdagangan emisi karbon Uni Eropa.
Gambar 3.6
Pajak Pigouvian
Kurva di atas menunjukkan hubungan antara harga dan output yang diproduksi perusahaan. Kurva marginal private cost (MPC) menunjukkan jumlah output yang ditawarkan dan kurva marginal social benefit (MSB) menunjukkan jumlah output yang diminta konsumen. Dan jumlah barang yang diminta sebesar Q1. Karena adanya pajak yang diberlakukan untuk memperbaiki dampak dari eksternalitas negatif, maka jumlah barang yang ditawarkan semakin rendah yaitu sebesar kurva marginal social cost (MSC) dan harga semakin tinggi sehingga jumlah output yang diminta semakin sedikit Agar penggunaan alokasi sumber ekonomi optimal maka keseimbangan bergeser yaitu pada kuantitas Q*.

3.4.4 Subsidi

Ketika manfaat sosial melebihi manfaat pribadi maka subsidi harus diberikan kepada konsumen atau produsen. Subsidi mengarah pada penurunan dalam harga komoditi. Pemerintah dapat mensubsidi produsen untuk mengurangi dampak eksternalitas. Keuntungan produsen didapat dari subsidi pemerintah dan keuntungan masyarakat dalam hal pengurangan kerusakan dari dampak eksternalitas yang ditimbulkan perusahaan. Kelemahan dari subsidi adalah perusahaan-perusahaan condong untuk melakukan eksternalitas karena dengan melakukan eksternalitas mereka akan mendapat subsidi dari pemerintah. 

IV. SIMPULAN EKSTERNALITAS

Berdasarkan pembahasan di atas, kesimpulan yang dapat diambil antara lain:
  1. Eksternalitas adalah efek yang dirasakan oleh suatu pihak yang ditimbulkan oleh tindakan pihak lain yang terjadi di luar mekanisme pasar. Eksternalitas jika ditinjau dari dampaknya terdiri dari eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Dan jika ditinjau dari pihak-pihak yang melakukan dan pihak yang menerima akibat dari eksternalitas, eksternalitas dapat terjadi dari empat interaksi yaitu eksternalitas produsen-produsen, eksternalitas produsen-konsumen, eksternalitas konsumen-produsen dan eksternalitas konsumen-konsumen.
  2. Eksternalitas antara lain disebabkan oleh keberadaan public goods, keberadaan sumber daya milik bersama, ketidaksempurnaan pasar dan kegagalan pemerintah
  3. Solusi swasta dalam mengatasi eksternalitas antara lain melalui konsep CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimaksudkan sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan. Menurut teorema coase, syarat solusi swasta dapat efektif jika pihak yang berkepentingan dapat melakukan negosiasi atau merundingkan langkah-langkah penanggulangan masalah eksternalitas yang ada diantara mereka, tanpa menimbulkan biaya khusus yang memberatkan alokasi sumber daya yang sudah ada. 
  4. Pemerintah dalam perekonomian memiliki peran dalam mengupayakan stabilisasi ekonomi, karena mekanisme pasar (sektor swasta) tidak dapat mengatasi dampak eksternalitas. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah kebijakan rencana tata ruang wilayah/kota, regulasi, penetapan pajak pigouvian dan pemberian subsidi.
DAFTAR PUSTAKA
  • Akram, Gio. 2013. Eksternalitas. (Online), (http://gioakram13.blogspot.com/2013/04/eksternalitas.html, diakses tanggal 25 Februari 2016).
  • Ariani, Muthia Safira. 2013. Ekonomi Publik : Eksternalitas. (Online), (http://muthiafirariani.blogspot.com/2013/11/ekonomi-publik-eksternalitas.html, diakses tanggal 25 Februari 2016).
  • D-datakutu. 2012. Makalah Eksternalitas Positif dan Negatif Produsen. (Online), (http://d-datakuliah.blogspot.com/2012/05/makalah-eksternalitas-positif-dan.html, diakses tanggal 26 Februari 2016).
  • Modul Ekonomi Publik. 2014. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
  • Prasetyia, Ferry. Teori Eksternalitas. http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-V-Teori-Eksternalitas.pdf. diakses tanggal 26 Februari 2016
  • Rinawati, Anita. Eksternalitas Sebagai Salah Satu Penyebab Kegagalan Pasar. http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/surya/article/download/174/161 diakses tanggal 26 Februari 2016
  • Rosen, Harvey S. 7th ed. 2005. Public Finance. McGraw-Hill. Singapura

11 komentar:

  1. Sangat bermanfaat. Menambah referensi..!

    BalasHapus
  2. mr pedro dan perusahaan pinjamannya benar-benar hebat untuk diajak bekerja sama. dia sangat jelas, teliti dan sabar saat dia membimbing saya dan istri saya melalui proses pinjaman. dia juga sangat tepat waktu dan bekerja keras untuk memastikan semuanya siap sebelum menutup pinjaman. mr pedro adalah petugas pinjaman bekerja dengan sekelompok investor yang membantu kami mendapatkan dana untuk membeli rumah baru kami, Anda dapat menghubungi dia jika Anda ingin mendapatkan pinjaman dengan tingkat rendah yang terjangkau 2 rio email dia di . pedroloanss@gmail.com atau chat whatsapp: + 1-863-231-0632

    BalasHapus