Senin, 11 April 2016

Teori Sikap

Teori Sikap

An attitude is a relatively enduring organization of beliefs, feelings, and behavioral tendencies towards socially significant objects, groups, events or symbols. - Sikap adalah organisasi yang relatif abadi keyakinan, perasaan, dan kecenderungan perilaku terhadap sosial yang signifikan objek, kelompok, peristiwa atau simbol.(Hogg, M. dan Vaughan, G. (2005). Social Psychology, 4th edition. London: Prentice-Hall)
An attitude is an expression of favor or disfavor toward a person, place, thing, or event (the attitude object) - Sikap adalah ekspresi menguntungkan atau merugikan terhadap orang, tempat, hal, atau peristiwa (objek sikap) (http://en.wikipedia.org/wiki/Attitude_%28psychology%29)

STRUKTUR SIKAP
  1. Komponen Kognitif: Pendapat, keyakinan, atau pengetahuan mengenai objek sikap. Contoh: Korupsi merugikan bangsa.
  2. Komponen Afektif: Perasaan mengenai objek sikap. Contoh: Saya tidak senang pada koruptor.
  3. Komponen Konatif: Kecenderungan perilaku sehubungan dengan objek sikap. Contoh: Jika menjadi pejabat, saya tidak akan korupsi.

FUNGSI SIKAP
  1. Adaptive function. Orang cenderung mengadopsi sikap yang menghasilkan social reward dan menghindarkannya dari social punishment.
  2. Knowledge function. Nilai dan prinsip yang dianut dapat memberikan rerangka pengetahuan yang digunakan untuk merumuskan pandangan mengenai apa yang terjadi. Sikap membantu membuat keadaan atau kejadian menjadi lebih dapat dipahami. 
  3. Self-expressive function. Sikap dapat membantu kita mengekspresikan diri. Contoh: Kita dapat menunjukkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kita dengan mengambil sikap tertentu atas isu tertentu, misalnya isu-isu politik seperti korupsi, penegakan hukum, dan pemberian subsidi.
  4. Ego-defensive function. Sikap dapat digunakan untuk melakukan pertahanan ego dalam kondisi yang berpotensi menimbulkan psychological harm. Mekanisme yang digunakan antara lain dapat berupa denial dan rationalization. Fungsi ini sering digunakan ketika mengalami peristiwa yang mengganggu harga diri. Contoh: “IP tinggi tidak ada gunanya!” “Saya tidak lulus karena dosennya tidak suka sama saya!”
Perilaku seseorang tidak selalu sesuai dengan sikapnya.
Orang yang menganggap korupsi tidak baik belum tentu tidak melakukan korupsi.
Mahasiswa yang menganggap belajar adalah kebiasaan yang baik belum tentu rajin belajar.
Ketidaksesuaian antara sikap dan perilaku dapat menimbulkan cognitive dissonance.
Orang cenderung mengurangi cognitive dissonance dengan mengubah sikapnya (bukan perilakunya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar